Telah terjadi revolusi besar-besaran di kampus saya, salah satu perubahan itu adalah jam perkuliahan. Biasanya kuliah dimulai jam 08.00 sekarang dimulai lebih awal 30 menit. 07.30, bagi sebagian besar mahasiswa hal ini akan berpengaruh pada siklus perkuliahan, jam bangun tidur, jam sarapan, jam makan siang, jam begadang dll.
Kedua, pembangunan kampus sedikit-demi sedikit telah menampakkan perubahan, gedung-gedung bergaya minimalis-modern hadir menggantikan gedung terdahulu. Satu hal, saya ga lihat unsur kebudayaan dari penampilan gedung tersebut, sebelumnya saya pernah dengar gedung baru tersebut desain dengan polesan budaya Indonesia atau tatar sunda walaupun sedikit, minimal atapnya mirip gedung sate, atau aula barat-timurnya ITB, absolutely no!.
Nah ketiga paling mantap, sekarang tiap kelas dilengkapin sama IMac, masih fresh, kardusnya aja ketinggalan dikelas. (Sayangnya, belum ada satu dosenpun yang berani ngoperasiinnya, entah mereka masih kurang bersahabat dengan pajangan kelas yang mewah ini) Kita aja udah norak-norakan pake webcamnya, yang bikin ketawa-ketiwi pas liat aplikasi editannya. Hahahaha….. ndeso!. Ada CCTV juga, sayangnya ga didalam kelas, kan bisa sekalian ngawasin pajangan, konon ada 16 titik diseluruh publik area kampus. Makin gaya deh kampus,
Apa bedanya santai vs ga peduli? Syndrome hari pertama, belum kuliah efektif 100% asli. Saya putusin berangkat “nyubuh” nasib saya ada di tangan travel, tibalah jam set 9 di geger kalong. Tapi ya hari pertama ini. Pake acara diboongin segala lewat sms, dibilang suruh ke ruang jurusan ambil jadwal, terus di kelas udah ada dosen ‘what a stupid lie’. Pokonya hari pertama ga ada intisari perkuliahan, sebagian besar pengarahan.
Hari kedua, 1 mata kuliah PPI ‘Penelitian Industri Perjalanan’. Intinya pembahasan pertemuan pertama yaitu pembagian kelompok sama lokus penelitian. Berdasarkan penentuan sengit, perdebatan panjang, terbentuklah 4 team peneliti muda yang akan mengacak-acak potensi pariwisata daerah untuk dikembangakan. Ada 4 pilihan lokus, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, ditambah optional Makassar.
Jakarta
Kenapa jarang yang berminat sama kota Metropolitan ini, waktu dikasih kesempatan untuk pilih sendiri, hampir kebanyakan pilih Yogyakarta. Saya juga awalnya pilih Surabaya, tergiur oleh keseriusan pemkotnya dalam mempromosikan sparklingsurabaya. Tapi gapapa, Jakarta is the best pokonya, apa karena saya terpengaruh majalah Jakarta Java Kini (JJK) yang dibaca waktu liburan kemarin? Lagipula sebagai ibukota negara, Jakarta masih jadi barometer perkembangan pariwisata nasional, selain Bali. Besar harapan, penelitian kelompok ini mampu berkontribusi untuk pembenahan dan pembangunan potensi wisata Jakarta khususnya Kota Tua ‘amin’
Hari ketiga, simplenya kuliah pertama yang masuk dosen pengganti, dan lagi-lagi gak full. Waktu kosong dimanfaatin anak-anak buat tiup lilin ultahnya tobi, sebetulnya kemaren. Makasih ya tob teraktirannya. Lanjut sodara-sodara, nasib mata kuliah kedua ga jauh beda sama yang pertama, ada dosennya tapi ga full lagi. Sighhh...., alasannya cukup masuk akal, jadwalnya bentrok, nah mata kuliah ketiga dosennya ga bisa hadir, okelah yang lain boleh pada seneng, dosen ga masuk, tapi ya sayanglah. Jadwal kuliah yang ada berubah jadi jadwal tidur siang.
Hari kamis jadi hari pembuktian keseriusan dosen-mahasiswa buat kuliah (barulah hari ini terpenuhi kebutuhan dahaga ilmu, jiahhh). Quality Service Management = Manajemen Kualitas Pelayanan.
Semakin atas semester, mata kuliah jadi semakin sedikit kan. Jum’at ini kita datang kuliah buat hadir kuliah Bahasa Mandarin, mungkin kalau bukan minggu pertama, banyak yang males datang buat satu mata kuliah ini, tau sendiri anak-anak kelas saya punya hormon belajar tingkat tinggi, jadi pada semangat 45’. Konyolnya laoshe masuk kelas (ujug-ujug) ngetes conversation lagi, waduh. (dan lagi-lagi kuliah g' full).
Harus ke Bogor, walaupun baru 1 minggu di Bandung. Ya banyak lah kewajiban yang harus saya tunaikan di Bogor sampai akhir Maret, padahal jum’at siang selesai kuliah anak sekelas pada hadir ke launching toko parfum temen sekelas saya. Bertepatan 11 Maret temen saya melaunching toko parfum di daerah CICALENGKA, kalau saya perhatiin statusnya ga bakal jauh dari ‘promosi, total penjualan hari ini, harapan penjualan besok’. Selamat ya Ped, hebat euy ntar gw nyusul hehe.
Saya udah bulatkan tekad untuk naek kereta ke Bogor, pas berangkat ke stasiun saya belokkan niat untuk pulang setelah melihat bis berjejer-jejer depan GOR Pajajaran Bandung. Ternyata bis itu bis sewaan supporter Bogor buat ngedukung tim SMAN 5 & SMAN2 di final Honda DBL, jadilah niatin nonton dulu sebelum pulang. ‘sebuah pengorbanan untuk kepuasan batin’. Tak disangka, saya ketemu temen-temen MBP angkatan 2007 & 2009 (yurry dkk), sebagian dari mereka crew acara. Guess what? Hoho, gak perlu beli tiket, masuk pake invitation dari mereka. Nikmat yang luar biasa….sayang Bogornya kalah...
MENYEMPURNAKAN PERJALANAN
Selesai acara jam 9 malem, saya putusin balik lagi ke kostan, niatin lagi besok berangkat dari Kostan jam 4 buat ngejar kereta jam set 6, apa daya, jam set 5 saya baru bangun. Gagal maning-gagal maning, berangkat jam 6 dari kostan saya cek kereta ke Argo Parahyangan ada yang jam 07.30. ga butuh waktu lama dari kostan ke stasiun Bandung ‘paling nggak naek kereta jam set delapan nyampe rumah bisa jam 1’. Nyampe depan loket ternyata tiket yang tersisa buat kelas eksekutif, 60 ribu, : ((
Saya ga jadi naek kereta brader, saya akhirnya berangkat ke terminal Leuwi Panjang, berharap ada bis M** ke Bogor. Lagi-lagi bis yang saya maksud antrinya dibagin belakang terminal, yang siap-siap berangkat bis ga**k ri**ng. Gini keadaanya saya mikir lagi, apa mau lewat Sukabumi dulu atau ke Jakarta dulu, nunggu bis M** pasti lama.
I found the new one, cobain bis depok, great idea. Lagipula bisnya M**, yeah lewat depok (jujur, walaupun saya tinggal di Bogor tapi jarang ke Depok, kalau ga ada urusan handai taulan. Jadi yah masih kurang pengetahuan tentang Depok). Dari depok saya bisa lanjutin pakai bis atau kereta, akhirnya saya sms temen saya gimana caranya dari terminal depok ke stasiun depok. Singkat cerita, saya udah didalam KRL Ekonomi Jabodetabek tujuan Bogor. Inilah sensasi yang saya nanti-nanti sekian lama, kereta punya tempat istimewa tersendiri di hati saya sebagai moda transportasi yang penuh kenangan, terlebih kereta ekonomi, dimana selalu membuat saya lebih bersyukur akan nikmat kehidupan.
Sepanjang perjalanan 30 menit Depok-Bogor saya tegakkan badan di depan pintu kereta, mengintip dari kecepatan kereta situasi masyarakat yang hidup di pinggir rel kereta api, menerima tempaan sinar matahari, dan menikmati seluruh perjalanan dalam peluh keringat. Inilah akhir dari penyempurnaan perjalanan menuju Bogor, formula rute baru yang saya temukan.
sekedar berbagi, dokumentasi dari pajangan baru itu lho..
tampak depan & belakang
No comments:
Post a Comment